Masyarakat Zona Degradasi
![]() | ||||
Masyarakat Zona Degradasi. Sumber: tentangbipolar.com |
Masyarakat Zona Degradasi - Tuhan tidak mungkin menciptakan manusia dalam kondisi yang buruk. Tuhan telah menciptakan manusia benar-benar dalam kondisi yang sebaik-baiknya. Tuhan sudah menciptakan manusia untuk menjadi pemimpin di bumi. Oleh karenanya, dari segi bentuk dan perangkatnya, manusia tercipta dalam kondisi yang sebaik mungkin.
Namun kenyataannya di dunia ini selalu ada seleksi berupa
ujian dan rintangan untuk mencapai tujuan yang diharapkan Tuhan menjadi
pemimpin di bumi ini. Ada kalanya manusia terlahir cacat, mempunyai kelainan, atau
hidup penuh penderitaan dan kekurangan. Saya mengistilahkan hal ini dengan ciri
“masyarakat zona degradasi”.
Di sisi lain, ada sekumpulan manusia yang terlahir dengan
kondisi terbaik, lingkungan terbaik dan tidak dalam penderitaan serta
kekurangan. Fisiknya sempurna, lingkungannya terbaik, hidup berkecukupan –atau lebih-
dan tidak ada halangan besar untuk mencapai visi Tuhan dalam menciptakan
manusia –menjadi pemimpin di dunia dan beribadah kepada-Nya.
Sudah jelas masyarakat yang hidupnya tidak banyak rintangan
dan cobaan lebih mempunyai kesempatan yang besar untuk hidup berkembang. Sebaliknya,
masyarakat zona degradasi harus berjuang keras untuk mencapai kehidupan yang
lebih baik.
Sebagai contoh, dalam sepakbola, ada tiga tim di dasar klasemen
suatu liga yang akan tersingkir dari liga di musim depan. Jika tiga tim
tersebut berada di level “liga 1”, maka musim depan mereka akan berlaga di “liga
2” –liga yang tingkatnya lebih rendah dari liga 1. Sebelum liga berakhir, mau
tidak mau mereka harus berusaha keluar dari zona degradasi agar musim depan
bisa kembali berlaga di liga paling bergengsi tersebut –liga 1- dengan cara
memenangkan pertandingan tersisa sehingga bisa lolos dari zona degradasi.
Beberapa tim ada yang mempunyai keajaiban untuk bisa lolos
dan ada pula yang terpuruk di dasar klasemen zona degradasi.
Tulisan ini jelas tidak membahas mereka yang benar-benar
terpuruk di dasar klasemen dan masuk ke zona degradasi, sebaliknya, mereka yang
lolos zona degradasi-lah yang akan kita pelajari agar menjadi semangat hidup ke
depannya.
Banyak sekali contoh masyarakat zona degradasi yang bisa kita
ambil untuk pelajaran saat mereka berusaha keluar dari zona degradasi. Salah satunya,
terkutip dari sains.kompas.com masyarakat zona degradasi yang kita bahas adalah
Abbas ibn Firnas. Seorang ilmuan muslim pertama yang hampir dianggap gila
karena percobaannya terbang seperti burung di udara. Ibn Firnas terinspirasi
dari Armen Firman yang membuat alat sutra yang diperkuat dengan batang kayu. Lantas
ia terjun dari ketinggian, tetapi tak berhasil.
Ibn Firnas yang dalam kerumunan itu terinspirasi untuk
membuat sesuatu yang bisa terbang layaknya seekor burung. Namun penelitiannya
dianggap tak akan berhasil mengikuti jejak Armen Firman. Tapi, Ibn Firnas
berusaha keluar dari zona degragasi. Di usianya yang telah 65 tahun, ia merancang
dan membuat sebuah alat terbang yang mempu membawa penumpang.
Saat mengujinya, Ibn Firnas sempat mengucapkan salam
perpisahan yang mengesankan.
“Saat ini, saya akan mengucapkan selamat tinggal. Saya akan
bergerak dengan mengepakkan sayap, yang seharusnya membuat saya terbang seperti
burung. Jika semua berjalan dengan baik, saya bisa kembali dengan selamat.”
Namun, nass, ia lupa memberikan ekor pada rancangannya
sehingga pendaratannya tak berjalan mulus. Kemudian kecelakaan terjadi yang
menyebabkan punggungnya cedera. Ia tak kuat menahan cederanya dan akhirnya
wafat.
Tidak sampai di situ, penelitian ini diteruskan oleh
ilmuan-ilmuan barat untuk menciptakan pesawat terbang. Ia lah yang kini telah
menginspirasi Wright untuk membuat pesawat terbang pertama. Meski ia gagal,
tetap saja gagasannya dalam rancangan pesawat terbang menginspirasi orang lain
untuk menyempurnakan gagasannya. Tidak heran jika sampai saat ini, patung Ibn
Firnas saat melakukan percobaan pertama diabadikan dalam lapangan terbang
Internasional di Irak serta mengabadikan namanya sebagai nama bandara di utara
Baghdad.
Kini, ilmuan yang dianggap gila itu telah menorehkan tinta
emas dalam sejarah. Berkat hasil semangat, kerja keras, do’a dan ke”gila”annya
keluar dari zona degradasi.
Luar biasa memang, ketika masyarakat zona degradasi berusaha
keluar dari keadaan terpuruk, mereka akan mempunyai motivasi yang sangat besar.
Bahkan, boleh jadi motivasinya bisa 100 kali lipat dari biasanya. Keinginan,
harapan dan cita-cita seseorang agar keluar dari zona degradasi merupakan
motivasi yang sangat kuat untuk mencapainya. Dan jangan aneh bila masyarakat
zona degradasi yang berusaha keluar dari zona tersebut akan dicap “gila, aneh,
mustahil” dan sebagainya.
Tak masalah dianggap demikian jika kita bisa membuktikannya,
bukan? Tentu itu lebih baik daripada tidak berbuat sama sekali dan memilih
menyerah.
Jadi, kita pilih menyerah atau bangkit dari zona degradasi?
Mari ngopi sejenak…
Wildan Fuady,
Pabuaran, 10 Mei 2018