Sejujurnya, Apa Niatmu Menikah?
Di dalam
grup whatsapp yang saya ikuti saat
itu, pembahasan grup sedang mengarah kepada pembahasan seputar pernikahan.
Diantara member yang muncul untuk membahas, ada satu bahasan yang penting untuk
saya angkat disini. Tentang niat menikah. Member tersebut menulis chating seperti ini:
“Niat menikah karena menjaga kesucian atau lari dari mantan?”“Niat menikah benar-benar karena ibadah atau karena ingin kabur dari rumah?”“Niat menikah benar-benar karena ingin menjaga kesucian diri atau karena terkompori?”
Ya, niat
menikah adalah pondasi yang penting untuk menjalani kehidupan rumah tangga.
Saya membahas tentang niat menikah di awal-awal karena memang penting.
Sampai-sampai, Ustadz Mohammad Fauzil Adhim pernah mengatakan jika ada 10
pertemuan kajian pernikahan, 9 dalam kajian sebaiknya dibahas soal niat. Begitu
pentingnya membahas tentang niat menikah sebelum memutuskan menikah adalah untuk
menjawab keragu-raguan yang kadang muncul dan menjadi permasalahan baru di
dalam rumah tangga.
Menikah
bukanlah permainan yang bisa dilakukan berkali-kali. Menikah adalah ibadah yang
sangat sakral sehingga dalam pengucapan akad saja bisa mengguncang ‘arsy Allah
swt. Kalimat-kalimat yang diutarakan saat akad adalah mistaqan ghaliza, perjanjian yang kuat. Ini membuktikan bahwa
ibadah menikah adalah ibadah yanag perlu diperhatikan niatnya dengan jernih.
Jangan
sampai… Asal menikah.
Saat saya
dulu mengutarakan keinginan menikah, keluarga –terutama Ibu dan bapak-
menanyakan apa yang membuat saya begitu ingin menikah di usia muda. Saya pun
menjawab karena “ingin menjaga diri dari
kemaksiatan. Dari yang haram menjadi halal’. Itu saya sampaikan kepada
keluarga. Bukan hanya sekali saya ditanya seperti itu, menjelang akad dan
resepsi pun saya masih ditanya soal niat tersebut. Dan ketika sudah menikah,
ada sebagian teman yang menanyakan apa motivasi –niat- saya menikah dalam usia
yang masih terbilang muda. Dan saya jawab bahwa saya menikah karena memang
sudah waktunya menikah, dalam artian, saya sangat membutuhkan penjaga diri dari
yang haram menuju yang halal.
Ketika saya
menulis proposal pernikahan pun niat menjadi penilaian yang utama bagi calon
istri dan keluarganya. Saya sempat iseng bertanya sama istri,
“Yang, apa sih yang membuat kamu menerima khitbahku?”“Kenekatanmu yang membuat aku menerima. Niat yang benar-benar kuat dan nekatlah yang menjadikan aku yakin untuk menerima kamu jadi imam buat hidupku.”
Iseng bertanya
hal demikian, saya jadi teringat dengan sebuah hadist yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw., pernah bersabda, “Sesungguhnya amal
itu bergantung pada niatnya dan sesungguhnya tiap-tiap urusan itu akan kembali
dengan apa-apa yang diniatkannya…” [1]
Nah, bagi Anda
yang rindu menikah, ada baiknya mengecek dengan benar niat yang Anda tekadkan
dalam hati. Sebab niat di dalam hati, yang tahu kejujurannya, adalah diri
sendiri dan Allah swt. Jadi, sudah benarkah niat menikah yang ingin kita
segerakan? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita meneruskan bahasan
dalam mengelola niat menikah.
Mengelola
Niat Menikah
Yuk
sama-sama kita renungkan, apa sih niat Anda rindu menikah? Jangan sampai Anda
salah niat ketika melangsungkan pernikahan. Karena niat yang benar tentu akan
membawa pernikahan kita ke gerbang kebahagiaan. Sebaliknya, niat yang salah
kelak akan memicu konflik batin yang sangat rentang dalam kualitas hubungan
pernikahan.
Ingat!
Menikah bukan hanya urusan antara aku, kamu dan Allah. Bukan, menikah adalah
urusan dua keluarga. Kelak akan saya jelaskan lebih rini tentang ini di bab
lainnya.
Jadi, sebelum
menikah, hal yang paling mendasar bagi kita semua adalah menanyakan niat yang
pernikahan itu sendiri. Kuatkan niat yang benar, lurus lagi jernih untuk
melangsungkan pernikahan. Jangan hanya sekedar. Sekedar meninggalkan status
jomblo, sekedar pamer bahwa sudah punya pasangan dan lain sebagainya. Semoga
Allah swt., mengawal niat menikah kita dengan baik. Allahumma aamiin.
Karena judul
sub bab bahasan ini adalah mengelola niat, terlalu larut dalam pertanyaan niat
menikah akan ‘menunda’ pernikahan itu sendiri. Saya sadar, niat adalah urusan
penting untuk pernikahan, tapi bukan berarti kita larut dan selalu takut
kalau-kalau niat yang kita maksud tidak benar. Kadang, ini menjadi masalah
baru, takutnya pada niat yang salah malah menjadikan seseorang menunda
pernikahannya sendiri. Padahal, ia sudah bisa dibilang mampu untuk menikah.
Maka penting, selain memantapkan niat, kita pun tak perlu berlarut-larut dalam
pertanyaan tentang niat menikah yang berakibat tertundanya pernikahan itu
sendiri.
Lalu, bagaimana
cara meluruskan niat sekaligus tak akan membbuat kita larut berlama-lama memikirkan
niat menikah?
Meluruskan Niat Menikah dengan 3 Hal Sederhana
Sungguh,
hati mudah sekali berubah-ubah. Ya muqollibal
quluub, tsabbit qolbi ‘ala dinika, aamiin. Ya Allah yang membolak-balikan
hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu. Hati, adalah sekumpulan darah yang
dimana ia baik, maka baik semuanya. Jika ia buruk, maka buruklah semuanya. Dan niat,
tentu ada didalam hati itu sendiri.
“Ketahuilah bahwa di dalam jasad seseorang terdapat segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya, jika ia buruk maka buruklah seluruh jasadnya, ketahuilah itu adalah hati” (H.R. Imam Bukhari)
Meluruskan
niat menikah dengan baik adalah hal penting yang harus kita menajemen sebelum
yang lainnya. Namun ada masalah baru yang muncul, yakni terlalu larut dalam
kebingungan menentukan niat yang jernih. Kadang malah berputus asa karena sulitnya
mengatur niat, ia menunda pernikahannya, padahal sudah dalam kondisi yang mampu
untuk menikah. Terkait bedanya mampu dan belum, insyaAllah akan ada bahasan
lanjutan.
Saudaraku,
tentu menikah adalah kebutuhan yang tidak bisa diwakilkan oleh siapapun. Mengelola
niat yang menjadi modal utama menikah pun perlu kita perbaiki dengan baik tanpa
terlalu larut di dalamnya. Barangkali, tips mengelola niat yang akan saya
sampai kan disini bermanfaat untuk Anda yang ingin menikah.
Pertama, mengingat Allah. Dengan mengingat Allah maka hati akan menjadi tenang. Ketika niat menikah karena terkompori, atau stress teman-teman sudah menikah sedangkan Anda belum menikah, maka ingatlah Allah. Tenangkan hatimu dan perbanyak berdzikir kepada-Nya. Sebab ketika niat Anda tetiba ingin menikah karena suatu hal yang membuat hati Anda terasa sakit, khawatirah niat menikah Anda belum sepenuhnya karena Allah semata.
Ingatlah Allah
agar hati menjadi tenang.
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram karena dengan mengingat Allah. Ingatlah! Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram”. (Q.S. Ar-Ra’d [13] : 28)
Ketika
hatimu terkompori untuk segera menikah, ingatlah Allah, ingatlah niatmu segera
menikah bukan karena terkompori tapi karena ilahi rabbi. Sejujurnya terkompori
menikah itu baik, sebab menikah adalah ibadah yang musti disegerakan. Namun kita
harus cerdas untuk bergegas merubah niat dari yang terkompori hingga ke ilahi
rabbi.
Kedua,
bergaulah dengan orang yang sudah menikah dan baik agamanya. Cobalah bercerita
keinginan Anda menikah kepada orang yang Anda percaya untuk memberikan nasehat
kebaikan perihal pernikahan. Orang tersebut bisa jadi adalah guru-guru, para
ustadz, kiai maupun kerabat dekat yang Anda percaya untuk memberikan nasihatnya.
Dalam meminta
nasihat ini, jangan sampai Anda salah meminta saran kepada seseorang yang dalam
segi agama kurang baik dan belum banyak pemahaman ilmu pernikahannya. Bisa jadi,
justru ia tidak memberikan jawaban malah menasehati kesalahan. Kita semua
berlindung dari yang demikian itu. Aamiin.
Tentang meminta nasehat dan rujukan, al-Muzzani pernah menyampaikan, "Aku mendengar Imam as-Syafi'i berkata, 'setiap orang pasti dicintai dan dibenci. Jika demikian, jadikanlah orang-orang yang taat kepada Allah sebagai rujukan'."
Tentang meminta nasehat dan rujukan, al-Muzzani pernah menyampaikan, "Aku mendengar Imam as-Syafi'i berkata, 'setiap orang pasti dicintai dan dibenci. Jika demikian, jadikanlah orang-orang yang taat kepada Allah sebagai rujukan'."
Ketiga,
mengilmui perihal pernikahan. Sungguh, tanpa ilmu tentang cinta dan pernikahan
bagaikan teh manis tanpa gula. Pahit jadinya. Mengilmui pernikahan adalah
kewajiban bagi yang ingin menikah. Tanpa didasari ilmu, pernikahan yang kita
jalani akan kosong tak berisi. Sedangkan banyak yang hancur bahtera rumah
tangganya bukan karena kurangnya rasa cinta, tapi kurangnya ilmu tentang cinta.
Begitu yang pernah Ustadz Salim A. Fillah sampaikan.
Semoga dengan
bagusnya niat yang kita kuatkan dalam hati, perkuat ia dengan lisan hingga
menjadi segerak amal yang indah, akan menuntun kita ke gerbang pernikahan yang
barakah hingga khusnul khatimah.
***