Membuat Opening Fiksi yang Bikin Pembaca Ketagihan Sampai Akhir
Pernah nggak
membaca sebuah buku yang membuat kita terus-terusan mau baca sampai akhir? Seolah-olah
kita terhipnotis untuk terus membuka halaman buku sampai akhir. Bahkan, sampai geregetan sama cerita di dalam buku
tersebut.
Itu artinya
si penulis berhasil membuat kita penasaran. Kalau dalam marketing, penasaran adalah pemasaran. Dan itu pertanda bahwa isi
bukunya sukses membuat pembaca “ketagihan” melahap bukunya sampai habis.
Pernah nggak
membaca novel yang tebal dan ratusan halaman tapi kita tetap enjoy membacanya? Padahal membaca novel
tebal itu tidak banyak dilakukan orang. Jawabannya pasti karena isinya menarik
sehingga kita merasa fine membaca
novel tersebut meskipun beratus-ratus halaman.
Tahukah kita
bahwa itu semua berawal dari opening?
Ya, opening sangat menentukan apakah
lembaran selanjutnya akan dibaca lagi atau tidak. Membuat penasaran atau tidak.
Isi ceritanya menarik atau tidak. Jadi, ibaratnya opening itu adalah pintu gerbang yang boleh jadi di dalamnya ada
beberapa pilihan; membosankan, bagus, menarik, bikin penasaran atau mumet.
Oke, tanpa
panjang lebar mari kita bahas bersama-sama bagaimana membuat opening yang
menarik yuk ^^.
1. Tidak
Monoton
Monoton
bahasa sederhananya adalah gitu-gitu ajah atau sudah biasa atau sama sekali
tidak out the box. Jadi sudah dapat
dipastikan kalau tidak monoton adalah membuat opening yang berbeda dari
biasanya, -berbeda dari kebanyakan penulis lainnya.
Banyak
lho opening yang monoton banget. Dan parahnya,
ini sering dilakukan oleh penulis. Rasanya seperti pernah baca dan menemukan
kembali di karya orang lain. Al hasil pembaca merasa bosan dan nggak dapet
apa-apa saat awal membaca.
Ingat
lho, mayoritas orang membaca sebuah
buku atau cerita karena ingin mendapatkan sesuatu. Jadi, di awal kita harus
sudah memberikan “sesuatu” sehingga pembaca mendapatkan apa yang dia inginkan.
Oke,
saya contohkan opening yang monoton:
A. Pembukaan
dengan Cuaca
Seringkali
penulis terjebak dalam hal ini. Yakni membuka cerita dengan cuaca yang panjang
kali lebar kali tinggi. Hehehe. Maksudnya adalah penulis menghabiskan banyak paragraf
hanya untuk membahas cuaca saja tanpa ada kaitannya dengan isi cerita. Oke saya
beri contoh opening cuaca yang
monoton banget:
“Siang ini suasananya sangat terik.
Kota A terkena langsung sinar matahari. Membuat keringat bercucuran bagaikan
tetesan hujan. Wajah-wajah di sekitarku seperti merah padam karena sengatan
matahari. Tidak banyak yang memperhatikan satu sama lain.
Aku beranjak pergi ke sekolah siang
ini. Berjalan melewati terik matahari. Bersemangat ria walaupun kepanasan dan
gerah.”
Oke,
sampai dua paragraf ini kita bahas openingnya.
Pertama, apa
pentingnya menjelaskan cuaca panas dan wajah-wajah yang berkeringat dengan isi
cerita? Ternyata tidak ada. Tokoh utama hanya ingin berjalan ke sekolah di
terik yang panas. Oke terus?
Kedua, seringkali
penulis terjebak dalam membuka cerita soal cuaca tapi tidak ada hubungannya
dengan isi cerita yang akan diangkat.
Ketiga, sudah
banyak penulis yang membuka cerita dengan opening cuaca. Kalau kita
ikut-ikutan, itu sama seperti penulis yang monoton dalam karyanya.
Lalu,
bagaimana opening cuaca yang
seharusnya?
Jawabannya
adalah jikalau kita menggunakan opening
cuaca maka kita harus menghubungkan
cuaca dengan isi cerita yang akan terjadi. Misalnya:
“Terik matahari kota A sangat
menyengat. Aku sengaja berlibur ke kota ini untuk membuang semua kenangan masa
lalu yang pernah kumiliki. Menghabisi liburan musim panas. Bermain-main di
pantainya. Atau sengaja memandang sunrise dan sunset di kota ini. Sekedar untuk
membuka lembaran baru dan menyimpan luka lama yang telah berlalu.”
Perhatikan
potongan cerita di atas? Walaupun dibuka dengan dengan cuaca, akan tetapi
langsung masuk ke dalam isi cerita dan latar yang dibuat (yakni panas) tidak
sia-sia karena si tokoh utama ingin berlibur pada musim panas dan mengaitkan
dengan pantai.
Gimana?
Sudah kebayangkan apa yang harus dihindari saat membuka cerita dengan cuaca dan
apa yang musti diperhatikan. Jadi, yang harus dihindari dari opening cuaca adalah tidak adanya
keterkaitan cerita dengan isi cerita. Dan yang harus diperhatikan agar opening cuaca tidak monoton adalah
mengaitkan cuaca dengan isi cerita. ^ ^
B. Pembukaan
Dongeng
Pernah
baca dongeng? Waktu kecil mungkin pernah. Mungkin pula dibacakan sama orang tua
atau kakak. Biasanya di opening
dongeng selalu dibuka dengan pembukaan yang menunjukan waktu. Misalnya:
-
Pada suatu hari
-
Kisah ini bermula dari
Bagi
penulis cerita anak, mungkin ini biasa dipakai dan sah-sah saja. Namun bagi
penulis cerpen atau novel yang sasarannya remaja, dewasa dan umum bisa
membosankan. Seolah-olah pembaca merasa didongengkan seperti masa kecil. Jadi,
hal ini mesti dihindari. ^ ^
C. Pembukaan Bertele-Tele
Opening
yang bertele-tele tentunya akan membuat pembaca merasa jenuh dan bosan. Pembaca
ingin tau apa isi ceritanya ternyata dibuat bertele-tele pada awal cerita. Boleh
jadi cerita yang seperti ini akan membuat pembaca menutup cerita kita dan
meninggalkannya.
Dalam
kasus membuat cerita, misalnya penulis terlalu lama membahas cuaca yang tidak
perlu sampai menghabisnya banyak paragraf. Openingnya
membahas hal lain yang tidak berhubungan dengan isi cerita. Kalau membuat
cerpen, pasti opening bertele-tele
ini akan sangat memakan porsi cerita. Kalau pada novel, ini hanya akan memakan
banyak halaman tapi tidak begitu penting dijelaskan.
Contoh opening yang bertele-tele:
“Namaku Sinta. Aku sekolah di SMA
ibu kota. Aku mempunyai dua orang kakak dan satu adik. Ibuku suka sekali
memasak dan bercerita. Sedangkan ayahku sibuk bekerja. Tapi adikku selalu
membuatku nyaman dan enjoy di rumah ini.
Banyak hal yang kudapatkan dari
rumah ini dan keseruannya. Pokoknya asik banget dan kamu bakal suka dengan apa
yang aku rasakan.
Oh iya, aku punya teman. Namanya Firda.
Dia anak yang baik dan sahabatku dari kecil. Ia menjadi teman satu sekolahku.”
Hoaam
… -_- Membacanya saja sudah membuat saya ngantuk.
Bagi
penulis yang cerdas, tentu dia bisa membuka ceritanya dengan hal-hal yang tidak
monoton dan membosankan. Perlu keahlian khusus untuk lebih variatif dalam openingnya. Siap?
D. Pembukaan yang
Membocorkan Isi
Ini
bahaya jika dilakukan. Cerita kita akan terkena dampak komentar seperti ini:
“Oh
ceritanya begini.”
Secara
otomatis cerita kita tidak akan dibaca sampai habis. Itu semua karena opening yang kita pakai ternyata sudah
membocorkan isi keseluruhan cerita. Jadi buat apa pembaca melanjutkan membaca? Toh
sudah tau intinya.
Contoh
opening yang membocorkan isi
keseluruhan cerita:
“Ini adalah sebuah kisah tentang
kisah cinta dua pasang manusia yang dihalangi oleh orang tuanya. Mereka dijodohkan
dan harus menikah karena sudah direncanakan sejak dalam kandungan.”
Kalau
saya membaca opening seperti ini
pastinya saya sudah mengetahui secara keseluruhan isi ceritanya. Lalu, buat apa
membaca sampai habis. Iya, kan?
Semestinya
opening yang seperti ini dihindari. Jangan
sampai opening yang kita buat malah
membocorkan isi cerita. Oke?
***
Dari
empat point di atas, mungkin ada beberapa yang belum terbahas. InsyaAllah dalam
perkembangannya, selalu ada penemuan baru yang boleh jadi membuat opening dalam cerita kita menjadi
monoton. Intinya kita jangan sampai berhenti belajar. ^ ^
2. Kaya
Kreatifitas
Penulis
yang baik mestinya mempunyai banyak kreatifitas untuk kebaikan karyanya. Tidak hanya
fokus pada tema dan pola itu-itu saja. baik dari gaya bercerita, isi cerita maupun
konflik cerita yang dibangun. Tetapi, kita membahas sisi openingnya.
Penulis,
jangan kita menutup pintu kreatifitas dalam membuat opening sebuah cerita. Itu akan membuat pembaca mudah menebak karya
kita ke depannya. Nggak mau kan kalau karya kita hanya sebatas itu-itu ajah. Apalagi
dalam opening yang sangat menentukan
pembaca melanjutkan membaca atau tidak.
Penulis,
jangan berhenti belajar dari karya-karya orang lain yang kita temui, kita
serapi tulisannya, kita maknai dan mencari-cari hal baru di dalam opening cerita yang sudah best seller. Jangan menutup diri dengan
kualitas karya kita segitu saja, baiknya meningkatkan agar lebih baik.
Penulis,
buatlah opening yang berbeda dari
yang lain; lebih kreatif dan membuat pembaca merasa “perlu” untuk terus
menyelesaikan bacaannya.
Saya
pernah membaca sebuah novel setebal 200an halaman hanya dalam waktu 30 menitan.
Itu terjadi bukan karena ceritanya yang bagus, melainkan karena kurangnya
kreatifitas penulis dalam menggarap naskahnya. Mudah ketebak lah, mudah kebaca
lah, alurnya sudah sama dengan cerita-cerita lainnya. Potongan ceritanyapun
sudah biasa terjadi.
Ini
jangan sampai terjadi pada naskah kita…
3. Pembukaan
yang Menggebrak
Pembukaan
dalam cerita akan menentukan mindset pembaca akan dibawa ke mana. Apakah penulis
hendak membuat pembaca terkaget, sedih, marah, penasaran, tertawa dan
sebagainya itu diawali dengan opening
yang kita buat.
Misalnya,
kita ingin membawa pembaca untuk ikut sedih dalam opening cerita kita. Kita bisa memulainya dengan opening seperti ini:
Aku harus segera sampai ke kampung halaman
sebelum semuanya terlambat. Aku tidak boleh membiarkan ibu meninggal tanpa ada
aku di sisinya. Sudah 30 tahun ibu menemaniku menjalani setiap lika-liku
hidupku. Sekarang? Ibu terbaring di rumah sakit dan menyebut-nyebut namaku.
Kereta api meniupkan pluitnya. Kereta
yang akan membawaku kembali ke Yogyakarta. Menemui ibu di rumah sakit.
Sebuah pesan singkat masuk. Dari Tante
Maryam.
“Tia, kamu di mana? Ibu sudah dari
tadi menyebut-nyebut namamu.”
Dengan linangan air mata rindu aku
membalas, “Tia masih di kereta, Tante. Tia akan segera sampai. Tia kangen ibu. Tia
mau bicara sama ibu sebelum ibu tiada.”
Dan
misalnya kita mau membuat pembaca penasaran:
Semuanya benar-benar terjadi di
luar batas kemampuan Satya dalam mengendalikan situasi. Baru saja ia sedang
berbicara di telepon dengan kawannya. Tiga puluh menit kemudian, ia mendapat
kabar kawannya meninggal. Tanpa rasa sakit dan keluhan sedikitpun. Saat bicara,
kawannya masih bisa tertawa dan berbicara panjang lebar. Tapi kondisinya
berubah tiga puluh menit kemudian.
Dan
misalnya kita ingin membuat pembaca tertawa:
Gue nggak habis pikir, ternyata
temen gue yang rambutnya kribo itu kutuan. Ketika ngeliatnya gue merasa jiji
sampe nahan kentut. Hampir ajah keblablasan. Tapi untung gue langsung izin ke
toilet buat buang kentut. Coba kalau nggak, bisa malu gue dihadapan teman-teman.
***
Masih
banyak contoh opening yang bisa kita tulis untuk memainkan perasaan dan
menggebrak isi hati dan pikiran pembaca. Intinya kita harus cerdas dalam
membuat opening yang baik dan tidak
monoton. Semoga kita semua tidak terjebak dalam pola yang sama dan membuat opening yang membosankan. Aamin. ^^