Ta’aruf Dulu, Ta’aruf Selamanya (Langkah Mudah dan Indah Pernikahan dalam Islam)
Banyak pemuda/i yang rindu menikah, akan tetapi, tak sedikit
yang belum mengetahui jalan indah yang telah diajarkan oleh agama Islam dalam
mengelola perasaan dan cinta. Maka, seringkali pertanyaan “Bagaimana ta’aruf
dalam Islam itu?” hadir dihadapan saya. Sebenernya saya lebih mempersilahkan
penanya untuk membaca dan mendengar langsung dari ustadz / kiai / ulama yang
lebih mumpuni. Tapi tak ada salahnya izin berbagi.
Pada awalnya, saya hanya mengenal kata ta’aruf ya sekedar
kenal dan jadi teman. Belum terlalu jauh berpikir sampai menikah. Ya, dulu saya
masih belum sepenuhnya mengenal ajaran islam. Hingga saya datang ke pesantren
dan sedikit banyak memahami proses ta’aruf yang diajarkan islam.
Saya rasa, manusia tetap pada fitrahnya sebagai insan yang
mempunyai perasaan. Kadang ada perasaan ingin ditemani, diperhatikan dan
disayangi. Pun sebenarnya orang tua lebih dari cukup, tapi tetap saja bagi jiwa
muda tak akan cukup kecuali dengan tambatan hati.
Nah, islam sangat mengerti hal itu. Oleh sebab itu Allah
meminta kita bersabar bila belum mampu. Dan apabila sudah mampu maka menikah
lah. Namun sebentar, batasan mampu kaya gimana sih?
Mengutip dari pendapatnya Ustadz Salim A. Fillah, bahwa
mampu itu diukur dengan adanya keinginan hidup bersama dengan lawan jenis. Artinya,
bila sudah ada keinginan yang mengarah seperti itu, artinya sudah ada kemampuan
dalam dirinya. Sebab, mampu itu bukan hanya diukur dengan seberapa banyak harta
yang terkumpul, akan tetapi, seberapa banyak mental dan keberanian kita dalam
membangun bahtera rumah tangga.
Nah, kembali ke topik awal. Bagi yang rindu menikah, tentu
saja harus melewati tiap fasenya. Pertama-tama ya ta’aruf dulu. Saya sudah
menjelaskan panjang lebar di buku Jodohku Siapakah Dirimu. Di sini, saya
persingkat saja bahwa ta’aruf itu dimulai dari kebersihan hati dan niat
semata-mata karena ingin beribadah kepada Allah. Selanjutnya, kita bisa memilih
banyak pilihan, diantaranya: mencari sendiri, meminta bantuan kerabat dekat, atau
meminta dicarikan oleh guru / ustadz.
Dalam prosesnya memang beda-beda. Ada yang langsung saja
berkenalan tanpa membuat CV ta’aruf. Ada juga yang membuat CV ta’aruf dulu
(saya begitu). Tujuannya semata-mata untuk mengenalkan diri kita secara
tertulis kepada calon pasangan hidup. Sebab, kadang yang nampak belum tentu
bisa dijelaskan. Maka dari itu, CV ta’aruf bisa menjadi alternative untuk
memperkenalkan diri.
Dalam proses ta’aruf memang jangka waktunya tak boleh lama. Khawatif
akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh karenanya, setelah kita saling
mengetahui banyak hal tentangnya, mintalah petunjuk kepada Allah dalam
meentukan pilihan serta berkomunikasi dengan keluarga. Mudah-mudahan akan
dipermudah.
Nah, yang tak kalah penting, proses ta’aruf adalah sebuah
proses mengenal pasangan / calon pasangan tidak hanya sebentar. Boleh jadi kita
akan terus ta’aruf sama jodoh kita. Kan, nggak ada yang tahu sepenuhnya
bagaimana sikap manusia kecuali Allah. Bukankah hati bisa berubah-ubah?
Makanya, dari mulai proses ta’aruf, nadzhar, khitbah, dan
terakhir walimah, ta’aruf tidak berhenti sampai situ saja, tapi ta’aruf sejati
itu selamanya. Sampai akhir menutup mata.
Semoga kita seperti itu ya, duhai istriku, Khadijah Efrison.
#Salam Buat Dede Di Kandunganmu