Bawa Bisnismu ke Surga
Sembilan dari sepuluh sahabat Nabi
Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam yang
dijamin masuk surga merupakan seorang pebisnis, kecuali ‘Ali bin Abi Thalib radiyallahu ‘anhu. Ya, sembilan orang
tersebut adalah para pebisnis sukses yang telah dijamin masuk surga. Berbeda dengan
‘Ali radiyallahu ‘anhu, beliau
merupakan seorang sahabat yang termuliakan atas keilmuannya.
Bisnis adalah pekerjaan yang sangat
mulia jika dibarengi dengan ikhtiar yang baik. Dalam artian bisnis yang kita
lakukan bisa saja menjadi pahala dan bisa saja menjadi dosa.
Sebab banyak pula yang gegara
bisnis, menjerumuskannya ke dalam dosa-dosa yang dilarang Allah subhanahu wata’ala. Contohnya Riba. Sebuah
dosa yang amat berat siksaannya.
Sebagai seorang pebisnis yang mau sukses
di dunia dan di akhirat, tentu saja kita harus berusaha sebaik mungkin dan
sungguh-sungguh dari mulai meniatkannya dan mengaplikasikannya. Selain itu,
cara untuk mengalikasikannya pun harus dengan prosedur yang Maha Memberi Rizki,
Allah.
Betapapun kita berusaha dengan
maksimal, jika Allah belum membuka jalan rezeki itu, maka akan tetap saja
sia-sia. Oleh sebab itu, berbahagialah menjadi seorang muslim yang berjiwa
bisnis.
Seorang muslim tidak perlu risau
dengan apa yang telah menjadi bagiannya, telah menjadi rezekinya yang sudah
tercatat di lauhul mahfudz. Sama sekali tidak perlu risau. Sebab Allah lah yang
membukakan rezeki tersebut kepada siapa yang kita kehendaki. Jadi, selain kita meniatkan
dan berusaha dengan jalan yang telah ditentukan oleh-Nya ...
Dekati saja PEMILIK REZEKINYA, sebab Dialah yang MEMBERIKAN REZEKI
Banyak yang tersibukan oleh bisnis
hingga ia lupa kepada sang pemberi rezeki, banyak yang sibuk mengurusi bisnis
hingga ia lupa shalat dhuha, banyak yang terbuai oleh bisnis hingga ia terlalu
cinta kepada harta dan banyak pula yang berusaha sungguh-sungguh dalam
berbisnis, tapi ia lupa akan akhiratnya.
Tentu saja kita tidak ingin seperti
itu, bukan? Sama sekali tidak. Sebab impian bisnisman muslim adalah menggapai
rezeki dengan ridho-Nya. Iya kan?
Lihatlah, sepuluh sahabat Nabi yang
dijamin masuk surga, sembilan dari mereka adalah pebisnis. Lihatlah bagaimana
bisnis tidak menyibukannya dari aktifitas pendekatan diri kepada Allah. Dan lihatlah
bagaimana bisnis mampu dimanajement oleh mereka, bukan bisnis yang memanajement
mereka.
Seorang bisnisman muslim seyogyanya berhasil MEMANAJEMENT BISNISNYA, bukan TERMANAJEMENT OLEH BISNISNYA. Hingga ia lupa akan akhiratnya.
Sungguh, Allah sangat mencintai
seorang muslim yang KAYA. Akan tetapi, kekayaannya membawa ia taat kepada-Nya.
Ini terbukti dari hadist yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Sa’ad bin Abi Waqqash radiyallahu ‘anhu.
“Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,”
kata Sa’ad. “Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang bertaqwa, kaya dan
tersembunyi.”[1]
Lihatlah bagaimana Nabi Sulaiman ‘alaihis salam yang kaya raya, akan
tetapi ia adalah sebaik-baiknya hamba. Dan Nabi Sulaiman ‘alaihis salam selalu memuji, beribadah dan bersyukur atas apa yang
dikaruniakan kepadanya.
Lihatlah bagaimana Nabi Syu’aib ‘alaihis salam yang mempunyai kebun luas
dan tanah yang subuh, tapi itu tidak melalaikannya dari jalan Allah.
Lihatlah bagaimana dahulu Nabi Ayub
‘alaihis salam pernah kaya, dia tetap
beribadah kepada Allah, setelah jatuh miskin, ia pun tetap beribadah kepada
Allah.
Lihatlah bagaimana Abu Bakar
as-Shiddiq yang sukses dengan bisnisnya, tapi tidak melalaikannya dari berjuang
dari jalan Allah.
Lihatlah bagaimana Umar radiyallahu ‘anhu berbisnis di kebunnya,
ia tetap tidak melalaikan kewajibannya beribadah di jalan Allah. Yakni ketika
Umar tertinggal rakaat shalat karena kebunnya, Umar langsung menyedekahkah
kebun itu sebagai tanda penyesalannya meninggalkan shalat.
Lihatlah bagaimana Ustman radiyallahu ‘anhu yang kaya raya, tapi ia merupakan salah satu
pemimpin yang hafal al-Qur’an.
Lihatlah bagaimana Abdurrahman bin ‘Auf
radiyallahu ‘anhuradiyallahu ‘anhu yang
merupakan ujung tombak sedekah kaum muslim. Ia tetap beribadah kepada Allah. Bahkan
ia adalah seorang yang dijamin masuk surga walaupun dengan merangkak. Ia sedekahkan
hartanya di jalan Allah.
Maka dari itu, marilah kita
senantiasa berjuang bisnis sambil memegang panji-panji Islam yang rahmatal lil ‘alamin.
Sebab jika seorang muslim kaya, maka ia akan terhindar dari kefakiran. Sementara
itu, kefakiran amat dekat dengan kekufuran. Na’udzubillah.
Semoga Allah menjauhkan kita dari kekufuran.
Sebagai penutup dari tulisan ini,
mari sama-sama kita renungi apa saja ibadab-ibadah yang perlu kita tingkatkan
ketika kita berbisnis.
1. Shalat dhuhamu
bagaimana?
2. Shalat malammu
bagaimana?
3. Shalat lima
waktumu bagaimana?
4. Sedekahmu bagaimana?
5. Dan bagaimana
dengan zakatmu?
Tentu saja, Islam sangat indah. Selain
kita diminta untuk kaya, kita pun diminta untuk berbagi. Sebab kita adalah
mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.
Setuju?
Mari sama-sama kita renungi. Semoga
bisnis yang telah kita lakukan mendapatkan ridho dari Allah subhanahu wata’ala sehingga bisnis yang
kita lakukan bermanfaat untuk di dunia dan di akhirat. Aamiin.
Walllahu ‘alam bis-Shawab
Pabuaran, 29 Feb. 16
=======================================================================
Referensi :
1. Bulughul
Maram, Ibnu Hajar al-‘Asqolaani
2. Belajar
Bisnis Ala Rasulullah Selagi Mahasiswa, Why Not!, Wildan Fuady
[1] Bulughul
Maram, hadist ke 1502