“UZLAH ABAD 21”
Uzlah dimaknai dengan mengasingkan
diri dari kesibukan dunia dan menyibukan diri dalam urusan akhirat. Kadang,
uzlah kedengaran angker di telinga orang awam. Dan uzlah tidak bisa direalisasikan
di zaman modern ini.
Benarkah demikian?
Ternyata Uzlah tidak hanya
berpengertian sesempit itu. Uzlah tidak hanya mengasingkan diri di dalam gua,
gunung dan lain-lainnya. Tetapi, Uzlah juga bisa bisa direalisasikan di zaman
modern ini.
Saya memberi contoh sederhana,
misalnya Dera adalah seseorang yang imannya kuat, namun ia terpaksa menghadiri
suatu perpisahan kampus yang di dalam acaranya banyak melakukan kemaksiatan seperti
nyanyi rock, bergoyang-goyang dan lain sebagainya. Dera berpikir bagaimana
caranya menghidari kemaksiatan tetapi ia juga tetap baik di dalam lingkungan
sosial. Al hasil ia memutuskan berdzikir kepada Allah meski jasadnya berada di
lingkungan tersebut. Tak lupa juga ia banyak mengucapkan kalimat taubat dan
istigfar sebanyak-banyaknya. Menurut saya, hal yang dilakukan Dera ini adalah
sebuah sikap Uzlah di abad 21. Kenapa?
Ada banyak seseorang yang awalnya
baik tetapi terbawa arus negatif di lingkungannya. Kejadian ini sudah banyak
terjadi. Bahkan lulusan agama pun bisa terbawa arus yang buruk jika ia tidak
bisa membawa diri. Kita boleh bersyukur ditempatkan yang lingkungan agamis. Tetapi,
bagaimana dengan saudara-saudara kita yang sebenarnya ingin berbuat baik tetapi
tinggal di lingkungan buruk?
Wahai sahabatku, karunia Allah tetap
selalu tercurah padamu. Dalam kondisi apapun kita masih di berikan kesempatan
mengambil pahala dari keadaan tersebut. Yakni mengasingkan diri secara iman,
akan tetapi jasad tetap bersama lingkungan itu.
Tak ayal, Almarhum Ustadz Jefri
Al-Bukhary sukses berdakwah dengan para preman, pemabuk dan lain sebagianya. Sebab,
ia berhasil menguzlahkan diri secara iman akan tetapi bercampur jasad dengan
mereka. Subhanallah.
Kadang, dengan kesombongan yang
tinggi, kita seolah-olah tidak mau bercampur dengan pemabuk karena kita
membencinya, lalu kita mencela pemabuk itu. Hal yang harus kita pikirkan adalah
‘apakah kita sudah berusaha mendekatinya? Apakah kita sudah memberikan arahan
kepadanya?’
Kadang kita menyombongkan diri dengan
merasa diri kita sudah lebih baik dari mereka. Bisa jadi mereka berbuat
demikian karena mereka tidak dapat pengarahan. Bisa jadi karena kita belum menasehati
dan mengajaknya ke dalam kebaikan.
Maka dari itu, mari kita belajar
untuk memaknai Uzlah dengan baik, asingkan diri secara iman namun kita tidak bisa
menolak untuk bercampur jasad dengan manusia. Seperti baginda Nabi Muhammad saw
yang beruzlah ke Gua Hira, namun Baginda Nabi tetap kembali ke dalam lingkungan
masyarakat, bercampur baur dengan berbagai problematika umat, dan terjun
langsung ke dalam masalah kemaksiatan, akan tetapi iman Baginda Nabi tetap
dihati, Allah selalu menemani, Malaikat menolong Nabi, hingga kemenangan suatu
saat hari nanti. Dan akhirnya Allah memenangkan telah memenangkan Baginda Nabi.
Wallahu ‘alam bish-shawab ...